Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Rupiah Banyak Tantangan, Akankah Keputusan BI Jadi Juru Selamat?

Monday, 18 November 2024 | November 18, 2024 WIB Last Updated 2024-11-18T01:38:33Z

 



ONLINENASIONAL.COM, Indonesia - Sepanjang pekan lalu, rupiah keok melawan dolar Amerika Serikat (AS) nyaris ke level Rp16.000/US$. Pekan ini, keputusan Bank Indonesia (BI) akan menjadi harapan untuk penguatan rupiah.

Melansir dari Refinitiv sepanjang pekan lalu, rupiah ambles 1,18% secara point-to-point (ptp) di hadapan dolar AS. Sementara pada perdagangan Jumat (15/11/2024) kemarin, rupiah ditutup stagnan di level Rp 15.850/US$

 

Rupiah yang merana terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) mengindikasikan tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga acuannya. Hal ini membuat pelaku pasar global khawatir bahwa jalur pemangkasan suku bunga akan berakhir.

 

Chairman The Fed Jerome Powell, memberi isyarat The Fed akan memperlambat pemangkasan suku bunga. Kondisi ini didasari bahwa pertumbuhan ekonomi AS yang kuat. The Fed bahkan mengatakan pertumbuhan ekonomi AS menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

 

"Ekonomi tidak memberikan sinyal bahwa kita harus terburu-buru untuk menurunkan suku bunga," kata Powell dalam sambutannya kepada para pemimpin bisnis di Dallas, dikutip dari CNBC International.

 


Ekonomi AS tumbuh 2,8% pada kuartal III-2024, sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan tetapi masih lebih tinggi dari tren historis AS sekitar 1,8%-2%. Proyeksi awal menunjukkan ekonomi AS akan tumbuh 2,4% pada kuartal IV-2024.

 

Powell juga menambahkan jika pasar tenaga kerja tetap kuat meskipun ada persoalan lapangan pekerjaan yang mengecewakan pada Oktober yang sebagian besar dia atribusikan pada kerusakan akibat badai di dan pemogokan pekerja. Jumlah pekerjaan non-farm payrolls (NFP) hanya bertambah 12.000 pada Oktober 2024, terendah sejak Desember 2020.

 

Mengenai inflasi, Ia menyebutkan bahwa telah ada kemajuan dan pejabat The Fed memperkirakan inflasi akan terus bergerak kembali ke arah target 2%. Namun, data inflasi minggu ini menunjukkan adanya sedikit kenaikan pada harga konsumen dan produsen yang semakin menjauh dari target Fed.

 

Sebagai catatan, inflasi AS merangkak naik ke ke 2,6% (year-on-year/yoy) pada Oktober dari 2,4% (yoy) September 2024. Tingkat pengangguran mencapai 4,1% pada September 2023. Angka pengangguran bahkan sempat menyentuh 4,3% pada Juli 2024 yang merupakan rekor tertinggi sejak Oktober 2021.

 

Sementara itu dari dalam negeri, Rencana kenaikan PPN sebesar 12% pada 2025 tengah menjadi sorotan masyarakat.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan penerapan tarif pajak PPN sebesar 12% pada 2025 sudah melalui pembahasan yang panjang dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Semua indikator sudah dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

"Bukannya membabi buta, tapi APBN memang tetap harus dijaga kesehatannya," kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat di Gedung DPR, Rabu (13/11/2024).

Untuk menerawang laju pasar keuangan RI sepanjang pekan yang paling utama ada Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) juga mulai diselenggarakan hingga Rabu (20/11/2024). Salah satu hal yang ditunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku bunga BI (BI rate) periode November 2024.

Pada hari yang sama, BI akan merilis deposit facility rate dan lending facility rate.

Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Teknikal Rupiah

Pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS masih dalam tren pelemahan, resistance terdekat yang potensi dicapai di Rp16.000/US$ yang merupakan level psikologis untuk wilayah pelemahan.

Sementara, untuk potensi penguatan bisa cermati support yang terbentuk dari batas gap up yang sempat terjadi pada 11 Novembe 2024 di Rp15.685/US$

 

×
Berita Terbaru Update