ONLINENASIONAL.COM, Indonesia - Sepanjang pekan lalu, rupiah keok
melawan dolar Amerika Serikat (AS) nyaris ke level Rp16.000/US$. Pekan ini,
keputusan Bank Indonesia (BI) akan menjadi harapan untuk penguatan rupiah.
Melansir dari Refinitiv sepanjang pekan lalu,
rupiah ambles 1,18% secara point-to-point (ptp) di hadapan dolar AS. Sementara
pada perdagangan Jumat (15/11/2024) kemarin, rupiah ditutup stagnan di level Rp
15.850/US$
Rupiah yang merana terjadi setelah bank sentral Amerika
Serikat (AS) mengindikasikan tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga
acuannya. Hal ini membuat pelaku pasar global khawatir bahwa jalur pemangkasan
suku bunga akan berakhir.
Chairman The Fed Jerome Powell, memberi isyarat The Fed
akan memperlambat pemangkasan suku bunga. Kondisi ini didasari bahwa
pertumbuhan ekonomi AS yang kuat. The Fed bahkan mengatakan pertumbuhan ekonomi
AS menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
"Ekonomi tidak memberikan sinyal bahwa kita harus
terburu-buru untuk menurunkan suku bunga," kata Powell dalam sambutannya
kepada para pemimpin bisnis di Dallas, dikutip dari CNBC International.
Ekonomi AS tumbuh 2,8% pada kuartal III-2024, sedikit lebih
rendah dari yang diperkirakan tetapi masih lebih tinggi dari tren historis AS
sekitar 1,8%-2%. Proyeksi awal menunjukkan ekonomi AS akan tumbuh 2,4% pada
kuartal IV-2024.
Powell juga menambahkan jika pasar tenaga kerja tetap kuat
meskipun ada persoalan lapangan pekerjaan yang mengecewakan pada Oktober yang
sebagian besar dia atribusikan pada kerusakan akibat badai di dan pemogokan
pekerja. Jumlah pekerjaan non-farm payrolls (NFP) hanya bertambah 12.000 pada
Oktober 2024, terendah sejak Desember 2020.
Mengenai inflasi, Ia menyebutkan bahwa telah ada kemajuan
dan pejabat The Fed memperkirakan inflasi akan terus bergerak kembali ke arah
target 2%. Namun, data inflasi minggu ini menunjukkan adanya sedikit kenaikan
pada harga konsumen dan produsen yang semakin menjauh dari target Fed.
Sebagai catatan, inflasi AS merangkak naik ke ke 2,6%
(year-on-year/yoy) pada Oktober dari 2,4% (yoy) September 2024. Tingkat
pengangguran mencapai 4,1% pada September 2023. Angka pengangguran bahkan
sempat menyentuh 4,3% pada Juli 2024 yang merupakan rekor tertinggi sejak
Oktober 2021.
Sementara itu dari dalam negeri, Rencana kenaikan PPN
sebesar 12% pada 2025 tengah menjadi sorotan masyarakat.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan
penerapan tarif pajak PPN sebesar 12% pada 2025 sudah melalui pembahasan yang
panjang dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Semua indikator sudah
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
"Bukannya membabi buta, tapi APBN memang tetap harus
dijaga kesehatannya," kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI
Dewan Perwakilan Rakyat di Gedung DPR, Rabu (13/11/2024).
Untuk menerawang laju pasar keuangan RI sepanjang pekan
yang paling utama ada Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) juga mulai diselenggarakan
hingga Rabu (20/11/2024). Salah satu hal yang ditunggu pelaku pasar adalah soal
keputusan suku bunga BI (BI rate) periode November 2024.
Pada hari yang sama, BI akan merilis deposit facility
rate dan lending facility rate.
Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku
bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku
bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Teknikal Rupiah
Pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS masih dalam tren
pelemahan, resistance terdekat yang potensi dicapai di Rp16.000/US$ yang
merupakan level psikologis untuk wilayah pelemahan.
Sementara, untuk potensi penguatan bisa cermati support
yang terbentuk dari batas gap up yang sempat terjadi pada 11 Novembe 2024 di
Rp15.685/US$