ONLINENASIONAL.COM, JAKARTA - Musim pemilihan umum di Meksiko kali ini telah menjadi yang paling mematikan dalam sejarah modernnya. Wali Kota Cotija di Meksiko barat adalah yang terakhir tewas pada Senin (4/6/2024) sehingga tercatat sudah 38 politisi yang menjadi korban pembunuhan sejak akhir tahun lalu.
Pemerintah daerah mengumumkan, Wali Kota Yolanda Sanchez Figueroa dibunuh hanya 24 jam setelah Claudia Sheinbaum terpilih sebagai presiden perempuan pertama di negara Amerika Latin tersebut.
“Pemerintah negara bagian Michoacan mengutuk pembunuhan presiden kota (wali kota) Cotija, Yolanda Sanchez Figueroa," tulis kementerian dalam negeri regional di X.
Pembunuhan wali kota perempuan itu terjadi di tengah eforia kemenangan telak Sheinbaum yang sama-sama perempuan dengan harapan perubahan di negara yang dilanda kekerasan berbasis gender itu.
Media lokal menyebutkan Sanchez, yang terpilih sebagai wali kota pada pemilu 2021, ditembak mati di jalan umum. Pihak berwenang belum memberikan rincian mengenai pembunuhan tersebut namun menyatakan bahwa operasi keamanan telah dilancarkan untuk menangkap para pelaku.
Sanchez sebelumnya pernah diculik pada September tahun lalu saat meninggalkan pusat perbelanjaan di Guadalajara, Jalisco. Dia ditemukan hidup tiga hari kemudian, menurut pemerintah federal. Pada saat itu, media lokal melaporkan bahwa para penculik adalah anggota Kartel Jalisco - Generasi Baru (CJNG), yang diduga mengancam Sanchez karena menentang upaya kelompok tersebut untuk mengambil alih kepolisian kotamadya.
Michoacan terkenal dengan atraksi wisata dan industri agro-ekspor yang berkembang pesat, namun juga merupakan salah satu negara bagian paling kejam di Meksiko karena kehadiran geng pemerasan dan penyelundupan narkoba.
Pembunuhan Politisi Sebelumnya
Sebelumnya beberapa politisi juga tewas dibunuh. Jorge Huerta Cabrera, yang mencalonkan diri untuk kursi dewan di Izucar de Matamoros, negara bagian Puebla, dibunuh dalam sebuah rapat umum politik, Jumat (31/5/2024). Cabrera adalah kandidat ke-37 yang terbunuh menjelang pemilu.
Cabera ditembak beberapa kali oleh seorang penyerang yang mendekatinya dari belakang saat ia menyapa pendukungnya. Insiden tersebut direkam oleh seorang pendukung yang ikut serta dalam aksi tersebut dan menunjukkan momen sebelum Cabera terbunuh secara tragis.
Video lain yang beredar di media sosial memperlihatkan adegan pasca-penyerangan, di mana Cabera dan penyerang tergeletak tewas setelah penyerang juga ditembak mati oleh petugas keamanan. Dalam sebuah postingan di X, Gubernur Guerrero Evelyn Salgado mengutuk tindakan pengecut tersebut dan meminta kantor kejaksaan negara bagian untuk memberi hukuman sepenuhnya terhadap orang atau siapapun yang bertanggung jawab.
Sehari sebelumnya, seorang kandidat untuk jabatan wali kota di kota Coyuca de Benitez, Meksiko, ditembak mati saat rapat umum kampanye. Kandidat ini termasuk di antara 560 orang pejabat pemilu, yang telah ditugaskan mendapat penjagaan keamanan dari pemerintah karena ancaman yang sedang berlangsung.
Masa-masa pemilu di Meksiko rawan terjadi pembunuhan para politisi. Para pemilu paruh waktu tahun 2021, angkanya mencapai 36 kandidat dibunuh. Sementara angka tahun ini melampaui angka tersebut.
Kekerasan yang terus terjadi sekali lagi menyoroti isu kejahatan di negara bagian Amerika Utara tersebut. Pihak oposisi memanfaatkan tingginya tingkat kejahatan secara politik untuk menantang Partai Morena pimpinan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador yang akan segera lengser.
Data dari konsultan Integralia menunjukkan peningkatan tajam dalam serangan tidak mematikan terhadap kandidat, dengan 828 insiden dilaporkan selama musim pemilu saat ini, naik dari 749 pada pemilu sebelumnya. Para analis mengaitkan lonjakan kekerasan ini dengan terjalinnya kartel narkoba yang kuat dan pemerintah daerah yang korup, sehingga menimbulkan risiko besar bagi para calon kandidat.***