ONLINENASIONAL.COM, JAKARTA - Meski berbeda ras, warna kulit dan kewarganegaraan, ternyata ada terselip persamaan antara Presiden Vladimir Putin dengan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto. Keduanya sama-sama sukses meraih kemenangan telak dalam gelaran pilpres tahun ini, dan menjadi sasaran tudingan telah berbuat curang atas kemenangan itu.
Dilansir dari TASS, Senin (18/3/2024), Putin menang telak dengan meraup 87,56 persen suara, dari 95,08 persen surat suara yang masuk, dari hasil yang ditampilkan Komisi Pemilihan Umum Pusat Rusia.
Calon presiden dari Partai Komunis, Nikolay Kharitonov berada di posisi kedua dengan meraup 4,28 persen suara dan calon dari Partai Rakyat Baru, Vladislav Davankov dengan meraup 3,85 persen. Sementara kandidat terakhir dari Partai LDPR, Leonid Slutsky hanya meraup sekitar 3,15 persen.
Dengan hasil yang dirilis KPU Rusia, Putin dipastikan bakal memimpin Negeri Beruang Merah tersebut setidaknya enam tahun ke depan. “Tidak peduli siapa atau seberapa besar mereka ingin mengintimidasi kita, tidak peduli siapa atau seberapa besar mereka ingin menekan kita, kemauan kita, kesadaran kita, tidak ada seorang pun pernah berhasil melakukan hal seperti ini dalam sejarah,” kata Putin dalam pidato kemenangannya di Kremlin.
Kemenangan ini menuai kecaman dari beberapa kalangan. Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menyebut Pemilu 2024 Rusia ini adalah sebuah kecurangan. “Pemilu ini jelas tidak bebas dan adil mengingat Putin telah memenjarakan lawan politik dan mencegah orang lain mencalonkan diri untuk melawannya,” sebut pernyataan dari Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Sementara, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Putin sudah kecanduan kekuasaan. “Tidak ada kejahatan yang tidak dilakukannya hanya untuk memperpanjang kekuasaan pribadinya,” ucap Zelenskyy.
Kritik lain datang dari Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron yang menyebut pemungutan suara di Rusia kurang kandidat bagi para pemilih serta tidak ada pemantauan independen oleh Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa. “Ini bukan pemilu yang bebas dan adil,” ujar Cameron.
Meski tak sebesar raihan Putin, tapi perolehan sementara capres Prabowo juga bisa dibilang menang telak dalam pesta demokrasi Indonesia 2024. Berdasarkan rekapitulasi nasional hingga Minggu (17/3) pukul 23.59 WIB, KPU RI telah mengesahkan perolehan suara pilpres pada 33 provinsi di tingkat nasional.
Pasangan Prabowo-Gibran meraih 76.888.902 suara atau sekitar 58,45 persen dari 33 provinsi tersebut. Selanjutnya, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapatkan 31.118.204 suara, serta Ganjar Pranowo-Mahfud Md meraih 23.461.344 suara.
Senasib dengan Putin, Prabowo juga dituding curang oleh sejumlah kalangan. Bedanya, para penuding Prabowo masih kelas nasional belum mancanegara seperti para penyerang putin.
Modus yang dituding sebagai sarana kecurangannya juga beragam mulai dari pengerahan aparat di daerah oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), politisasi bantuan sosial, hingga penggelembungan suara melalui celah aplikasi rekapitulasi KPU (Sirekap).
Salah satu yang paling kencang menyuarakan kecurangan yang diklaim terstruktur, sistematis dan masif ini adalah PDIP, partai yang memimpin koalisi pengusung pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Bagi PDIP, tidak masuk akal ada pasangan yang mendapatkan perolehan suara sebanyak 51 persen dalam satu putaran pilpres, seraya menegaskan akan terus mengumpulkan bukti dugaan kecurangan tersebut.
"Pemilu 2024 itu merupakan perpaduan sempurna, kecurangan yang terjadi dalam Pemilu 1971 dan Pemilu 2009 kecurangannya terjadi dari hulu ke hilir bedanya hanya dari cara yang dipakai kalau dulu menggunakan instrumen kekerasan yang oleh ABRI dengan sumber daya yang tidak terbatas, saat ini pun juga sama dilakukan instrumen negara yang secara besar-besaran," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Kubu pasangan nomor urut 1, Anies-Muhaimin bahkan akan menyiapkan tim hukum yang terdiri dari 1.000 pengacara untuk mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK), sebagaimana disampaikan juru bicara Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) Iwan Tarigan.
Iwan menuturkan nantinya Ketua THN AMIN Ari Yusuf Amir akan memimpin gugatan sengketa hasil Pilpres 2024 di MK, dibantu oleh Ketua Dewan Pakar AMIN Hamdan Zoelva, dan anggota Dewan Pakar AMIN Refly Harun.
Ia memastikan THN AMIN telah mengumpulkan semua bukti-bukti kecurangan Pilpres 2024 yang terjadi secara terstruktur, sistematis dan masif (TSM). "Pengacara dari Tim Hukum AMIN ada 1.000 orang yang akan support di MK," kata Iwan saat dihubungi di Jakarta, Jumat (15/3/2024).
Wakil Ketua Tim Hukum Prabowo-Gibran, Otto Hasibuan mengaku, pihaknya siap menghadapi gugatan yang nantinya bakal dilayangkan ke MK. Ia menegaskan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena memang tidak ada kecurangan dalam gelaran Pilpres 2024.
Otto menegaskan, pihaknya sudah siap untuk membantah tuduhan kecurangan terstruktur, sistematis dan masif (TSM), ia malah mengaku khawatir pihak lawan atau penggugat kesulitan membuktikan tudingan tersebut. “Kami dari tim paslon 2 sudah siap menghadapi gugatan tersebut, karena kami meyakini bahwa kecurangan yang dituduhkan tidak ada dan karenanya tidak akan terbukti,” tutur dia.***