ONLINENASIONAL.COM, JAKARTA - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), sekaligus Partai Buruh, Said Iqbal disebut hanya menggunakan isu perburuhan untuk kepentingan politik pribadinya.
Adapun hal itu diungkapkan, Presiden Asosiasi Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia), Mirah Sumirat.
Mirah Sumirat tak terima dengan sikap Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal yang pro terhadap Kongres VIII ASPEK Indonesia yang disebutnya abal-abal.
“Kehadiran Said Iqbal dalam Kongres ‘abal-abal’ yang ilegal, baik sebagai Presiden KSPI maupun sebagai Presiden Partai Buruh, telah melukai hati dan menimbulkan ketidakkepercayan anggota ASPEK Indonesia terhadap KSPI dan Partai Buruh,” kata Mirah dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (7/9/2023).
Apalagi kata Mirah, surat resmi dirinya yang ditujukan kepada pimpinan di KSPI malah diabaikan, yakni soal pemberitahuan adanya Kongres VIII ASPEK Indonesia yang inkonstitusional pimpinan Abdul Gofur.
Kemudian, Mirah Sumirat juga menegaskan bahwa dalam surat tersebut, Dewan Pimpinan Pusat ASPEK Indonesia meminta kepada Dewan Eksekutif Nasional dan Majelis Nasional KSPI beserta seluruh Federasi Serikat Pekerja Afiliasi KSPI, untuk mendukung terjaganya persatuan dan kesatuan organisasi ASPEK Indonesia serta tidak menanggapi dan tidak menghadiri kegiatan apa pun yang diadakan oleh pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab, yang mengatasnamakan ASPEK Indonesia.
Termasuk dalam kaitan ini untuk tidak menanggapi dan tidak menghadiri undangan Kongres VIII ASPEK Indonesia yang ilegal.
“Namun ternyata, surat resmi ASPEK Indonesia justru diabaikan,” ungkap Mirah Sumirat.
Mirah Sumirat dan Said Iqbal
Selain suratnya diabaikan, Mirah pun kecewa mengapa sejumlah pimpinan KSPI termasuk Said Iqbal selaku Presiden KSPI, malah hadir dalam Kongres tersebut. Terlebih, Iqbal juga mengenakan atribut Partai Buruh yang artinya mewakili Exco Partai Buruh dalam menghadiri kegiatan itu.
Oleh sebab itu, Mirah menuding bahwa selama ini Said Iqbal sebenarnya tidak benar-benar memperjuangkan hak kaum buruh. Akan tetapi menggunakan isu perburuhan untuk kepentingan politik pribadinya.
“Semua jargon perjuangan kelas pekerja yang diteriakkan Said Iqbal menjadi hanya sebagai sebuah propaganda politiknya saja,” pungkasnya.***
(sumber : westjavatoday.com)