ONLINENASIONAL.COM, JAKARTA - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) sudah syarat dengan masalah. Pemerintah masih saja ngotot melanjutkan hingga capai ke Surabaya.
Tercatat, masalah KCJB timbul mulai dari pembengkakan biaya triliunan rupiah, kecelakaan kerja hingga molornya operasional.
Tak sedang bercanda, Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan keinginan Presiden Jokowi ingin melanjutkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) menuju Surabaya.
"Mengenai kereta cepat, prospek kereta cepat sampai ke Surabaya sesuai arahan presiden,” kata Luhut dikutip Kamis (7/9/2023).
Dia juga menyampaikan terkait uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dilakukannya pada Rabu (6/9), bersama Perdana Menteri (PM) China, Li Qiang berjalan lancar.
Dia mengungkapkan, selepas uji coba tersebut China mengakui bahwa kualitas kereta cepat di Indoensia serupa dengan yang ada di negaranya.
“Tadi (Rabu 6 September) dia (perdana menteri China) sangat puas. Dia bilang sama kualitasnya dengan di Tiongkok. Kita juga puas,” terangnya.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi pun direncanakan akan menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung sepulangnya menghadiri KTT G20 India. Selanjutnya, masyarakat diperbolehkan menggunakan transportasi tersebut, atau mulai beroperasi 1 Oktober 2023.
Kereta Cepat Indonesia-China Bermasalah Sejak Awal
Sekedar mengingatkan, pada 11 Agustus 2015, proposal China memenangkan tender proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang juga diincar Jepang.
Saat itu, China menawarkan biaya proyeknya US$5,5 miliar. Jauh lebih murah ketimbang proposal negeri Samurai yakni US$6,2 miliar.
Namun kenyataannya, biaya proyek kereta cepat membengkak hingga US$8 miliar. Atau terjadi cost overrun hampir US$3 miliar dari proposal awal. Atau setara Rp45 triliun dengan kurs Rp15.000/US$.
Adanya pembengkakan biaya ini, membuat Indonesia-China melakukan sejumlah negosiasi. Pada Senin (13/2/2023) keduanya sepakat bahwa pembengkakan biaya US$1,2 miliar atau Rp18 triliun. Turun dari hitungan Indonesia yang sampai US$1,449 miliar.
Meski demikian untuk menambal kekurangan Indonesia harus ngutang ke China sebesar US$550 juta, atau Rp8,3 triliun. Karena, uluran tangan APBN yang menambahkan Rp3 triliun, tak cukup.
Proyek ini pun dilanda berkali-kali kecelakaan kerja. Mulai dari robohnya tiang, girder terlalu rendah hingga kecelakaan kereta pemasang rel yang menyebabkan korban jiwa.
Tak kalah gawatnya, proyek kereta cepat buatan China ini, berkali-kali jadwal operasionalnya mundur. Pernah ditargetkan beroperasi 2021, namun gagal.
Selanjutnya mundur ke akhir 2022, gagal juga. Selanjutnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyebut KCJB ditargetkan beroperasi akhir Juni 2023. Namun meleset juga janji Jokowi ini.
Selanjutnya, Menko Luhut coba-coba memastikan bahwa kereta cepat Jakarta-Bandung beroperasi Agustus 2023, tapi pepesan kosong saja. Terakhir, Oktober 2023. Kita tunggu saja.***
(sumber : westjavatoday.com)