ONLINENASIONAL.COM, JAKARTA - Kemarau panjang atau El Nino memang berdampak buruk bagi perubahan iklim, mulai dari terganggunya pasokan air bersih karena curah hujan turun, hingga menurunkan produksi petani karena siklus tanam pertanian berubah.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan dampak cuaca ekstrem El Nino terhadap pertanian di Indonesia. Menurutnya, fenomena alam ini berimbas pada penurunan produksi hingga merosotnya pendapatan petani.
Suharso Monoarfa mengatakan Organisasi Pangan Dunia (FAO) memproyeksikan potensi penurunan produksi padi di Indonesia akibat El Nino sebesar 1,13- 1,89 juta ton.
"Sehingga akan menurunkan pendapatan petani 9 hingga 26 persen," tutur Suharso Monoarfa di kantor Bappenas, Jakarta Pusat, Senin (21/8).
Ia menjelaskan perubahan iklim menyulitkan petani dalam menentukan waktu tanam. Pasalnya, kondisi itu membuat pergeseran awal dan puncak musih hujan. Indonesia sendiri diperkirakan akan mengalami penurunan tingkat curah hujan sebesar 1 sampai 4 persen hingga 2034 jika dibandingkan dibanding pada 1995-2010.
Hal itu, menurut Suharso Monoarfa, mengakibatkan pasokan air bersih semakin berkurang. Selain itu, juga berpotensi menimbulkan konflik alokasi air, terutama untuk pertanian, industri, dan energi.
Anomali cuaca ini merupakan salah satu dari dampak perubahan iklim akibat pemanasan global. Salah satu dampaknya terhadap sektor pertanian adalah periode ulang variasi iklim menjadi lebih singkat.
Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan fenomena El Nino ini akan berlangsung cukup panjang hingga akhir Desember 2023. Siklus El Nino yang mestinya terjadi setiap 3 -7 tahun pun sekarang menjadi lebih singkat, yakni 2-5 tahun.
Karena itu, ia menilai pemerintah harus segera memitigasi fenomena alam El Nino. Khususnya terhadap kelangkaan air, potensi kebarkaran hutan dan lahan, serta menurunnya produktifitas pangan.
BMKG menyebut terdapat 7 wilayah di Indonesia yang terancam kekeringan ekstrem karena dampak dari fenomena El-Nino atau kemarau panjang.
Aapun sejumlah daerah yang akan terdampak diantaranya adalah Sumatra bagian tengah hingga selatan, Riau bagian Selatan, Jambi, Lampung, Banten hingga Jawa Barat.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bencana kekeringan yang merupakan dampak dari El Nino bakal mencapai puncaknya pada akhir Agustus ini. Menurut Dwikorita Karnawati, hal ini bakal membuat dampak dari El Nino semakin terasa di wilayah Indonesia.
Dwikorita Karnawati menyebut puncak musim kemarau tidak akan terjadi serentak di Indonesia. Kekeringan tersebut bakal dimulai dari wilayah Barat dan berangsur-angsur ke wilayah Selatan sepanjang bulan September.
Namun, Dwikorita Karnawati menyebut intensitas fenomena El NinoA yang terjadi di Indonesia terbilang rendah. Sebab, Indonesia dikelilingi oleh laut. Berbeda dengan yang terjadi di negara lain seperti India, Thailand, dan Vietnam yang lebih parah.***
(sumber : westjavatoday.com)