ONLIENASIONAL.COM, JAKARTA - Presiden Uganda Yoweri Museveni umumkan penguncian wilayah (lockdown) selama tiga pekan pada Sabtu (15/10). Keputusan ini diambil lantaran kasus virus mematikan, Ebola, di negara itu melonjak.
"Saya kini mengambil keputusan sebagai berikut, pergerakan saat ini ke dalam dan keluar Distrik Mubende dan Kassanda kini dilarang," kata Museveni, dikutip dari AFP."Jika Anda berada di Distrik Mubende dan Kassanda, tetaplah di sana selama 21 hari," lanjutnya.Sebagaimana dilansir AFP, warga dilarang masuk dan keluar dari kedua daerah tersebut, tetapi truk kargo masih diizinkan beroperasi di sana.Museveni juga mengungkapkan pemerintah akan menerapkan jam malam di daerah itu. Tempat ibadah, bar, pusat kebugaran, dan tempat hiburan lain akan ditutup. Namun, sekolah di dua distrik itu masih dibuka."Berdasarkan tingkat keseriusan masalah dan mencegah penyebaran dan melindungi kehidupan masyarakat, pemerintah mengambil kebijakan ekstra yang membutuhkan partisipasi dari kita semua," kata Museveni, dikutip dari CNN.Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Uganda bakal meningkatkan upaya pelacakan kontak dan bantuan ke fasilitas kesehatan lokal.Kemenkes Uganda juga menuturkan sudah ada 19 kematian dan 58 kasus Ebola yang terkonfirmasi sejak 20 September lalu. Kasus Ebola dalam penyebaran kali ini terdeteksi pertama kali pada 20 September.Setelah kasus Ebola terdeteksi, Museveni mendeklarasikan wabah virus Ebola pada tahun ini.Museveni kemudian meminta penyembuh tradisional untuk berhenti merawat orang sakit dengan maksud mencegah penularan Ebola. Ia juga memerintahkan polisi untuk menangkap siapapun yang diduga melakukan kontak dengan virus tetapi menolak diisolasi.Sebagaimana diberitakan CNN, Ebola merupakan penyakit langka tetapi mematikan. Virus ini menyebar lewat cairan langsung dan tidak menyebarkan partikel virus di udara.Berdasarkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), penyakit ini tidak memiliki obat dan tidak memiliki vaksin yang disetujui.Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengungkapkan vaksin yang digunakan dalam penyebaran Ebola di Kongo tidak efektif digunakan untuk menangani virus Ebola yang menyebar di Uganda saat ini.Uganda sendiri sempat menghadapi empat penyebaran Ebola. Penyebaran yang paling mematikan menyebabkan lebih dari 200 orang tewas pada 2000.Sumber : CNN Indonesia