Notification

×

Iklan

Iklan

Saham Tesla Merosot, Gara-Gara Elon Musk 'Mesra' dengan Twitter?

Tuesday 4 October 2022 | October 04, 2022 WIB Last Updated 2022-10-04T04:44:11Z

ONLINENASIONAL.COM, JAKARTA - Saham Tesla (TSLA) kini tidak sejaya dulu. Saham perusahaan Elon Musk ini merosot di bursa Wall Street sejak orang terkaya di dunia itu menjalin 'hubungan' dengan Twitter.


Namun, apakah Twitter menjadi satu-satunya alasan kemerosotannya? Pada enam bulan lalu, saham Tesla terbang tinggi. Perusahaan itu bernilai US$ 1,1 triliun, lebih dari selusin saham perusahaan pembuat mobil top lainnya bila digabungkan. Tesla bahkan sempat mengumumkan rencana pengusulan pemecahan sahamnya.

Tidak lama setelah itu, Musk mengumumkan rencana membeli Twitter. Kendati demikian, prahara antara Elon Musk dengan Twitter yang menimbulkan kekhawatiran para investor Tesla bukan satu-satunya masalah bagi perusahaan itu.


Dilansir CNN, Selasa (4/10/2022), Tesla telah menghadapi masalah kinerja akibat lockdown di China, hingga menyebabkan kemacetan pada produksi pada akhir Mei lalu. Kondisi ini mengarah ke laporan penjualan kuartal III yang mengecewakan, jauh di bawah ekspektasi Wall Street.

Pada akhirnya, sehari sebelum investasi Musk di Twitter diumumkan, saham Tesla turun 27% dibandingkan Jumat, 1 April lalu. Tidak lama setelah itu, turun lagi 8% pada perdagangan di tengah hari Senin.


Kritik terhadap Tesla pun akhirnya naik ke permukaan. Ada pendapat yang mengatakan kenaikan saham yang hampir 1.900%, dari musim gugur 2018 hingga harga puncaknya di April kemarin, tidak pernah dijustifikasi. Masalah saat ini merupakan tanda kemunduran saham di masa yang akan datang.

"Secara umum, hal-hal yang sangat buruk terjadi ketika produksi melambat, harga turun, dan pasar memberi Anda harga berjangka untuk kelipatan 45,3 kali perkiraan pendapatan," kata Analis Gordon Johnson.

Di sisi lain, 'penggemar' Tesla di Wall Street memperkirakan perusahaan masih dalam posisi yang baik karena permintaan akan kendaraan listrik terus bertumbuh. "Singkatnya, kuartal ini tidak ada apa-apanya dan Street akan kecewa dengan angka pengiriman yang lebih lemah pada kuartal ketiga" kata Analis Teknologi di Wedbush Securities Daniel Ives.

"Karena itu, kami melihat ini lebih sebagai peningkatan kecepatan logistik daripada awal dari lintasan pengiriman yang lebih lembut," lanjutnya.

Sementara itu, pada Jumat lalu, Tesla memamerkan robot terbarunya. Dalam serangkaian cuitan selama akhir pekan, Musk kembali menjanjikan bahwa bisnis robotnya akan mengubah penjualan dan profitabilitas perusahaan. Namun menurut Ives, hal ini justru membawa nilai buruk bagi perusahaan.


"Meskipun visioner, saya pikir itu tidak membaca ruangan. Ada pandangan dia tidak fokus pada apa yang perlu dilakukan saat ini," kata Ives.

"Ini bukan tampilan yang bagus untuk Wall Street ketika Anda melakukan AI Day pada hari Jumat dan kehilangan pengiriman pada hari Minggu," tambahnya.


Bukan pertama kalinya komentar Musk menyebabkan masalah pada nilai saham selama enam bulan terakhir. Beberapa waktu lalu, dua pabrik Tesla baru dibuka di Texas dan Jerman. Musk menggambarkannya sebagai Musk 'tungku uang raksasa'.

Kedua pabrik tersebut menghabiskan miliaran uang tunai, padahal saat itu mereka tengah berjuang untuk meningkatkan produksi. Musk bahkan sempat menyebut resiko kebangkrutan dalam satu wawancaranya.

Seolah-olah semua itu belum cukup menghantam saham Tesla, pada bulan Juni lalu Musk mengatakan, dia memiliki firasat yang sangat buruk tentang ekonomi dan mengumumkan rencana untuk memangkas jumlah stafnya.

"Musk telah membakar bahan bakar, dan kegagalan Twitter telah menambah apa yang telah menjadi mimpi buruk selama enam bulan bagi stok," kata Ives.

Oleh karena itu, demi bangkit, Musk harus membuktikan kinerja perusahaannya demi meyakinkan dan kepercayaan para investornya ke depan.

Di sisi lain, ternyata Tesla tidak sendirian. Banyak saham perusahaan teknologi tinggi lainnya yang mengalami penurunan serupa dalam enam bulan terakhir. Pasar berubah bearish karena bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunganya, memicu kekhawatiran tentang kemungkinan resesi global.

Saham Apple (AAPL) turun 21% selama kuartal kedua dan ketiga, sementara saham induk Google (GOOG) Alphabet anjlok 31%, dan induk Facebook Meta (FB) anjlok 39%. Saham Amazon (AMZN) kehilangan 31%.

Sumber : detik.com

×
Berita Terbaru Update