ONLINENASIONAL.COM, SERANG - Sekitar 158 ribu Kepala Keluarga (KK) di Banten tidak memiliki jamban yang layak. Kemudian, ada sekitar 77 ribu KK yang tidak memiliki akses bersih dan layak konsumsi. Meski air terlihat jernih, namun berpotensi tercemar kimia.
"158 ribu KK yang tidak punya jamban layak, terbanyak di Pandeglang dan Lebak. Ada 77 ribu keluarga yang tidak memiliki akses air minum sehat," kata Plt Kepala BKKBN Banten, Dadi Ahmad Roswandi, Jumat (02/09).Ada warga yang mengonsumsi air dari sungai. Padahal, di hulunya sudah tercemar kotoran manusia, limbah rumah tangga hingga limbah industri. Bahkan banyak kasus, sumur berada dekat septic tank.Air kotor mengandung banyak bakteri itu, terutama dari sungai yang tercemar, digunakan masyarakat untuk mencuci piring, mandi hingga memasak."Apalagi daerah pertambangan air sungai mengandung cairan kimia dan banyak tinja dan kotoran binatang yang dibuang ke sungai. Misal punya bayi, bayinya 6 bulan kan sudah mulai minum, kalau minumnya dari air tercemar kan bagaimana. Nanti dia kolera, buang air besar lama-lama," terangnya.Akses air bersih dan ketersediaan jamban yang memadai menjadi salah satu faktor penyebab stunting bagi bayi.Peran serta berbagai Organisasi Perangkat Dinas (OPD) harus dilakukan dan programnya tepat sasaran, lantaran keuangan daerah yang terbatas.Dadi Ahmad Roswandi menyarankan agar Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) bekerjasama membuat jamban agar tepat sasaran ke masyarakat yang membutuhkan, terutama keluarga yang memiliki anak stunting."Kemudian ada komunikasi perubahan perilaku. Jadi kalau buang air besar itu di jamban. Harus disesuaikan dari hulu sampai hilir, misalkan jambannya itu kan harus ada ketersediaan air dan sebagainya, jangan jamban enggak ada airnya," jelasnya.Sumber : CNN Indonesia