Notification

×

Iklan

Iklan

Kenapa Krisis Bikin Angka Perceraian Melonjak di Korut?

Monday 8 August 2022 | August 08, 2022 WIB Last Updated 2022-08-08T01:52:05Z

ONLINENASIONAL.COM, JAKARTA - Warga Korea Utara beramai-ramai mengajukan cerai imbas krisis parah yang menimpa negara itu.
Korut sendiri sempat dikabarkan dilanda masalah ekonomi setelah pemerintahan Kim Jong Un melarang impor akibat pandemi Covid-19.


"Harga pangan seperti beras, jagung, dan tepung terus naik. Warga frustrasi karena mereka kesulitan, tetapi pejabat pemerintah tingkat tinggi dan masyarakat kaya yang tak memiliki masalah keuangan, sibuk mencari restoran daging anjing dan mementingkan diri mereka sendiri," kata seorang sumber dari Chongjin, Provinsi Hamgyong Utara.

Daging anjing sendiri merupakan makan elite di negara itu, dikutip dari Radio Free Asia.

Di tengah masalah ekonomi yang terjadi, semakin banyak warga yang mengantre di pengadilan untuk mengurus surat cerai. Perceraian yang melonjak ini salah satunya disebabkan karena cekcok keluarga yang semakin parah karena isu ekonomi.

"Belakangan ini, cekcok keluarga makin parah karena alasan ekonomi dan jumlah keluarga yang mau cerai meningkat, tapi pihak berwenang memerintahkan pengadilan tak menerima perceraian itu dengan mudah," kata seorang warga di daerah Kyongsong kepada Radio Free Asia.

Ia juga menuturkan, "Ketika saya lewat beberapa kali di depan pengadilan, saya selalu melihat puluhan pasangan muda berkumpul di depan gerbang utama. Mereka biasanya pasangan yang ingin bertemu hakim atau pengacara untuk mengajukan perceraian."



Informasi yang mirip juga dimuat dalam pemberitaan kantor berita Korea Selatan KBS.

Seorang pengacara, Oh Hyun Jong, mengatakan kepada KBS bahwa angka perceraian di Korut meningkat pada 2020 bersamaan dengan awal munculnya pandemi Covid-19.


"Banyak istri di Korut membantu keluarga mereka dengan terlibat dalam aktivitas pasar. Namun, pandemi yang berkepanjangan hampir melumpuhkan pasar Jangmadang [sebutan pasar di Korut], dan banyak rumah tangga mengalami masalah finansial yang serius. Ini membuat keluarga mengalami masalah dan mendorong banyak pasangan yang menikah untuk berpisah," kata Oh.

Di sisi lain, Korut sendiri menganggap perpisahan pasutri sebagai cerminan sikap 'anti-sosialis.' Tak hanya itu, proses perceraian di Korut membutuhkan waktu yang lama.

Seorang warga di Unhung mengatakan kepada RFA bahwa krisis yang terjadi membuat masyarakat tak lagi malu untuk bercerai.


"Dulu, masih ada rasa malu jika bercerai, tapi sekarang tidak lagi. Rakyat ingin bercerai secepat mungkin," katanya.

Bahkan, sejumlah warga rela memberikan uang pelicin ke pengadilan agar proses cerai mereka bisa lebih cepat.

"Karena begitu banyak orang yang ingin bercerai, tak mungkin melewati tahap pertama pengajuan dokumen tanpa menyuap pengadilan," kata warga Unhung itu.

Biden Marah 4 Muslim AS Dibunuh hingga Iran Kutuk Israel Gempur Gaza
"Kenyataannya adalah jika kalian tak membayar suap, kalian tak akan pernah bercerai bahkan setelah menunggu tiga hingga lima tahun."

"Teman saya yang cerai tahun ini, memberikan 500 yuan [Rp1,1 juta] untuk mengajukan gugatan, lalu menyogok hakim sidang dengan 1.500 yuan [Rp3,3 juta]. Proses sidang dipermudah, dan persidangan secepat kilat. Dia bisa bercerai dalam dua pekan," katanya lagi.

Sumber : CNN Indonesia
×
Berita Terbaru Update