JAKARTA, ONLINENASIONAL.COM - Erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) dan gempa di Bayah, Banten terjadi pada waktu yang berdekatan. Erupsi setinggi 1.000 meter terjadi pukul 17.07 WIB, kemudian gempa berkekuatan 5,5 SR terjadi pukul 17.10 WIB.
Erupsi Anak Krakatau kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal, mengarah ke Timur dan terekam di seismogram dengan amplitudo maksimal 50 mm dsm, durasinya sekitar 2 menit 49 detik.
Kemudian gempa bumi terjadi di 7.48 Lintang Selatan (LS), 105.92 Bujur Timur (BT), di kedalaman 10 km.
"Kekuatan 5,5 SR di kedalaman 10 Km berpusat di Bayah, Kabupaten Lebak," kata Suwardi, Kepala BBMKG Tangerang, Jumat (04/02).
Lokasi gempa berada di 71 Km Barat Daya Bayah, 71 Km Tenggara Muara Binuangeun, 88 Km Barat Daya Sukabumi, 154 Km Serang dan 176 Km Barat Daya Jakarta.
"Gempa ini tidak berpotensi tsunami," jelasnya.
Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mewaspadai gelombang tinggi di perairan Selat Sunda imbas aktivitas Gunung Anak Krakatau pada Jumat.
Warga yang berada di sekitar Selat Sunda diimbau menghindari daerah pantai karena potensi gelombang tinggi. Namun Rahmat tak menyebut tinggi gelombang yang disebabkan oleh Gunung Anak Krakatau tersebut.
"Imbauan gelombang tinggi terbatas di Selat Sunda. Sejauh ini belum ada potensi tsunami akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau," kata Rahmat, Jumat (4/2).
BMKG Pastikan Gempa di Banten Tak Terkait Erupsi Gunung Anak Krakatau
Kepala Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menegaskan gempa tidak terkait dengan erupsi Gunung Anak Krakatau. Gempa di Banten murni gempa tektonik.
“Gempa selatan Banten ini murni gempa tektonik yang tidak ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda,” kata Daryono dikutip dari media sosial pribadinya, Jumat (4/2/2022).
Sementara itu, Daryono mengatakan dari hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo 5,2. Episenter terletak di laut pada jarak 63 kilometer arah barat daya Bayah, Banten dengan kedalaman 55 km.
“Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan pada kerak samudra Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Banten. Gempa jenis ini lazim disebut sebagai gempa yang bersumber dalam lempeng atau gempa intraslab (intraslab earthquake),” kata Daryono.
Daryono mengatakan gempa Intraslab semacam ini memiliki karakter mampu meradiasikan ground motion (guncangan) yang lebih besar diatas gempa dengan magnitudo sekelasnya dari sumber lain. Maka wajar jika gempa ini meskipun hanya magnitudo 5,2 tetapi dapat dirasakan di Jakarta.
“Struktur tanah lunak dan tebal di Jakarta akan menciptakan resonansi dan mengamplifikasi/memperkuat guncangan gempa,” paparnya.
Gempa selatan Banten magnitudo 5,2 ini memiliki rekahan sangat kecil merilis penurunan tegangan (stress drop) sangat besar. Efeknya, kata Daryono, gempa meradiasikan guncangan frekuensi yang lebih tinggi dari biasanya.
Daryono juga mengatakan bahwa gempa-gempa kuat atau signifikan yang terjadi akhir ini baik di Selatan Banten maupun di Selatan Jawa Timur memiliki tipe ini, yaitu intraslab earthquake.
Sementara itu, kata Daryono, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa Banten magnitude 5,2 ini memiliki mekanisme pergerakan kombinasi geser-turun (oblique normal).***