Notification

×

Iklan

Iklan

Ancam Blokir Media Lokal Ukraina, Rusia Larang Gunakan Kata 'Invasi' di Pemberitaan

Sunday 27 February 2022 | February 27, 2022 WIB Last Updated 2022-02-27T01:17:58Z

 


UKRAINA, ONLINENASIONAL.COM - Regulator komunikasi di Rusia, Roskomnadzor, memerintahkan media independen menghapus pemberitaan yang menjelaskan serangan ke Ukraina sebagai 'serangan, invasi, atau deklarasi perang'. Ada ancaman jika hal ini tidak dilakukan yaitu pemblokiran atau denda.

Kementerian Pertahanan Rusia juga mengatakan media lokal seharusnya mengikuti versi pernyataan resmi atas kejadian itu.

Dalam pernyataan pengawas komunikasi menuduh sejumlah media independen menyebarkan 'informasi tidak benar yang signifikan secara sosial dan tidak bisa diandalkan' tentang penembakan di kota-kota Ukraina dan kematian warga oleh tentara Rusia.

Tuduhan itu meliputi saluran televisi Dozhd dan surat kabar independen terkemuka di Rusia, Novaya Gazeta, yang salah satu editornya dianugerahi Nobel Peace Prize tahun lalu.

Ukraina melaporkan bahwa serangan militer yang diperintahkan Presiden Rusia Vladimir Putin sejak 24 Februari telah menewaskan setidaknya 198 orang, termasuk tiga anak-anak. Ukraina juga menyebut kekhawatiran konflik lebih beasr di Eropa.

Mengutip permintaan dari Kejaksaan Agung, Roskomnadzor mengatakan media akan diblokir kecuali mereka menghapus 'informasi yang tidak dapat diandalkan'.

"Roskomnadzor juga meluncurkan investigasi administratif terhadap peyebaran informasi publik yang signifikan yang tidak dapat diandalkan oleh media yang disebutkan di atas," kata penjelasan Roskomnadzor.

Kementerian Pertahanan menuduh Novaya Gazeta menyebarkan 'informasi palsu yang disiapkan geng pemabuk nasionalis (Ukraina)'. Pernyataan ini mengikuti Putin yang menyebut kepemimpinan Ukraina sebagai 'gang pecandu narkoba dan neo-Nazi'.

Novaya Gazeta menerbitkan pemberitaan pada Jumat dalam bahasa Rusia dan Ukraina atas solidaritas dengan Ukraina.

"Kami tidak akan pernah mengakui Ukraina sebagai musuh dan bahasa Ukraina sebagai bahasa musuh," kata editor Novaya Gazeta, Muratov, dalam sebuah video.***

×
Berita Terbaru Update