Jakarta - Peneliti Rusia mengatakan perubahan iklim yang memaksa beruang kutub semakin dekat dengan pemukiman manusia, membuat seperempat dari makanan beruang kutub adalah plastik.
Peneliti Rusia menyebut plastik bisa membunuh hewan.
Beruang kutub terpaksa mengais makanan di darat karena perubahan iklim merusak habitat es laut mereka. Hewan-hewan itu semakin sering berhubungan dengan manusia, dan gambar-gambar mereka berkeliaran ke kota-kota di Siberia dan mengobrak-abrik sampah di Kutub Utara Rusia menjadi perhatian.
Kontak yang meningkat ini membuat para ilmuwan memeriksa isi usus dan kotoran beruang kutub yang makan dari tempat pembuangan sampah, kata Ivan Mizin, wakil direktur Taman Nasional Arktik Rusia, kepada Interfax seperti mengutip The Moscow Times, minggu (4/7/21)
“Ketika beruang kutub mengunjungi tempat pembuangan sampah, 25 persen isi perut dan kotoran mereka (terdiri dari) berbagai sampah plastik, tas, pembungkus, dan lainnya," kata Mizin.
"Melebihi ambang persentase tertentu berarti hewan akan mulai mati," Mizin memperingatkan
Mizin mengatakan, tak hanya beruang kutub, burung arktik dan mamalia laut juga ditemukan memiliki plastik tubuh mereka.
Lebih jauh diterangkan olehnya, sampah laut, termasuk plastik, meskipun tidak sebesar di daerah tropis dan Khatulistiwa, merupakan penyebab kematian mamalia laut
Dia mengutip kasus tahun 2015 yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana seekor paus kepala busur terdampar di Kutub Utara setelah terjerat jaring ikan.
"Ini adalah temuan pertama, tidak ada data yang terdokumentasi tentang itu terjadi sebelumnya," terang Mizin.
Pada Desember 2019, sekelompok beruang kutub telah berkumpul di sekitar sebuah desa di Timur Jauh Rusia, memaksa penduduk untuk mengunci diri. Penduduk Ryrkapiy, populasi 600, dikatakan telah mengorganisir patroli dan membatalkan semua pertemuan publik, termasuk perayaan Tahun Baru, untuk mencegah beruang kutub melakukan kontak dengan penduduk setempat.
Penampakan beruang kutub menjadi semakin umum di Rusia saat perubahan iklim mencairkan habitat es laut mereka dan memaksa mereka mengais makanan di darat.
"Hampir semua beruang kurus, ada hewan dewasa dan muda, termasuk anak-anak yang berbeda usia dengan induknya," jelas Tatyana Minenko, kepala patroli beruang kutub Ryrkapiy di distrik otonomi Chukotka, seperti dikutip WWF.
WWF Rusia menyebut, ke-56 beruang kutub tersebut turun di dekat Ryrkapiy dari Cape Kozhevnikov yang bertetangga untuk mencari makanan setelah walrus yang mereka makan pergi.
"Beruang juga suka mengunjungi desa untuk melihat bagaimana orang hidup dan mencari makanan. Ini menimbulkan masalah pengelolaan limbah makanan," tutur Mikhail Stishov, koordinator proyek keanekaragaman hayati Arktik WWF Rusia.
Menurut Stishov, migrasi massal beruang kutub ke selatan adalah hasil dari cuaca hangat yang tidak biasa yang disebabkan oleh perubahan iklim, yang telah menipiskan lapisan es. Sampai lapisan es menjadi cukup tebal lagi, beruang akan tetap berada di darat dan mencari makanan di sepanjang pantai.
"Pertemuan beruang kutub menjadi lebih sering, dan kita harus beradaptasi dan menemukan cara untuk menghindari konflik antara manusia dan hewan," tukasnya.***