Bandung,- Kondisi sistem kesehatan di Bandung Raya "diambang malapetaka", seiring infeksi virus corona yang dipicu oleh varian Delta yang lebih mematikan mendorong sistem kesehatan menuju keruntuhan.
Mulai Jumat (2/7/2021) pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung telah menutup sementara layanan pasien Covid-19. Penutupan ini berlaku di ruang perawatan Instalasi Gawat Darurat (IGD) khusus Covid-19 di RSUD Bandung.
Kabar ditutupnya layanan tersebut disampaikan melalui akun resmi media sosial RSUD Kota Bandung, @rsudbandung.
Sehubungan dengan jumlah lonjakan kasus COVID-19 serta keterbatasan sarana dan prasarana maka untuk keselamatan pasien di RSUD Kota Bandung kami beritahukan bahwa: PELAYANAN IGD KHUSUS COVID-19 DITUTUP.
Penutupan tersebut berlaku mulai 2 Juli 2021 pukul 00.00 WIB hingga batas waktu yang belum ditentukan atau akan diinformasikan lebih lanjut. Meski begitu, pihak RSUD Bandung tetap memberikan layanan kesehatan untuk IGD non Covid-19.
Disinggung soal kabar tersebut, Wali Kota Bandung Oded M Danial membenarkan. Pihak rumah sakit kewalahan menangani pasien terpapar virus corona dan di sisi lain tenaga kesehatan RSUD juga ada yang terpapar Covid-19.
"Ya, tadi pagi dapat laporan. Kemarin, beberapa rumah sakit, Edelweiss, Cibabat, Majalaya, terus tadi pagi (RSUD Kota Bandung) menyampaikan bahwa mereka sudah berat. Bukan hanya sekadar penuhnya tempat rumah sakit menerima pasien, ditambah lagi nakesnya yang ada terpapar juga," kata Oded, Jumat (2/7).
Anggota DPRD Jabar asal daerah pemilihan Kota Bandung, Buki Wikagu mengatakan , peningkatan mendesak diperlukan dalam perawatan medis, pengujian, dan vaksinasi di Bandung Raya ini, karena menghadapi keadaan darurat medis yang sudah membanjiri rumah sakit dan mengancam pasokan oksigen medis .
“Setiap hari kami mendapat laporan varian Delta ini membawa Jawa Barat lebih dekat ke tepi bencana COVID-19,” Ungkap Buki, saat dihubungi Jumat (2/7/2021).
Selain tingkat hunian tempat tidur di rumah sakit telah melebihi 100 persen, Buki juga mendapat laporan obat invermetin menjadi langka dan harganya melonjak drastis dari Rp 30.000,- menjadi Rp.300.000,-
" Saya minta pihak Dinkes Jabar harus bisa menyalurkan obat obatan tersebut, karena sudah menjadi tanggungan pemerintah," pinta Buki.
Tak hanya obat, Buki pun menerima laporan dari beberapa rumah sakit, alat cek rapid antigen juga kehabisan karena kejadian covid di tiap daerah naik 300 persen.
Di RSUD Cibabat Cimahi, saat ini alat untuk PCR dari 4 yang berfungsi hanya 1, akibatnya pemeriksaan di setiap faskes untuk tegakkan diagnosa jadi terhambat.
" Saya minta Dinkes Jabar bisa gerak cepat membantu mencarikan solusi. Karena saat ini semakin banyak yg terpapar, butuh kelancaran tracing dan screening," tutur Buki.
Tak hanya di Bandung Raya, kondisi membludaknya pasien covid juga terjadi dihampir semua 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
Penutupan pelayanan ruang IGD juga terjadi dibeberapa Rumah Sakit di Sumedang. Sementara di Bogor, rumah sakit Palang Merah COVID-19 digambarkan “membludak”, di mana pasien dan keluarganya pergi berjam-jam untuk dapat mengakses perawatan medis vital.***