Notification

×

Iklan

Iklan

Penggabungan Vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer, Oxford: Tingkatkan Immune

Tuesday 29 June 2021 | June 29, 2021 WIB Last Updated 2021-06-29T10:33:38Z


 Jakarta - Kajian terbaru menunjukkan penggabungan vaksin Covid-19 AstraZeneca sebagai dosis pertama dan Pfizer sebagai dosis kedua tidak berbahaya. Bahkan, penggabungan keduanya disebut memberikan respon immune yang lebih baik dibanding memakai dua dosis vaksin AstraZeneca.

Kajian itu sendiri dilakukan oleh Oxford yang juga terlibat dalam pengembangan vaksin AstraZeneca. Dalam kajiannya, yang melibatkan 830 partisipan, Oxford menjelaskan bahwa penggabungan vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer memberikan hasil bagus karena memproduksi antibodi dengan konsentrasi tinggi.

"Temuan ini bisa memberikan fleksibilitas dalam kampanye vaksinasi. Walau begitu, uji yang kami lakukan belum cukup luas untuk merekomendasikan perubahan (kampanye vaksinasi) secara besar-besaran," ujar Professor Matthew Snape dari Universitas Oxford, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 29 Juni 2021.

Snape melanjutkan bahwa dirinya tidak hanya mencoba kombinasi AstraZeneca sebagai dosis pertama dan Pfizer sebagai dosis kedua. Ia mengaku juga menguji kombinasi sebaliknya. Namun, ternyata, hasilnya tidak sebagus AstraZeneca sebagai dosis pertama. Ia menambahkan bahwa dua dosis Pfizer masih memberikan hasil terbaik.

Uji tersebut, kata Snape, belum selesai. Ia dan timnya masih akan melakukan sejumlah uji-uji lain sebelum berani merekomendasikan penggabungan dua vaksin berbeda.

Salah satu uji yang akan ia lakukan adalah memberi jeda panjang antara penyuntikkan vaksin AstraZeneca dan Pfizer. Jeda yang ditetapkan adalah 12 pekan dari yang sebelumnya 4 pekan. Hal itu menimbang vaksin AstraZeneca cenderung memberikan respon immune yang lebih bagus pada interval panjang.

Sebagai catatan, di Inggris, jeda pemberian vaksin Covid-19 berbeda-beda tergantung kelompok usia. Mereka yang berusia di atas 40 tahun akan mendapat jeda 8 pekan antara dosis pertama dan kedua. Sementara itu, untuk yang berusia di bawah 40 tahun, 12 pekan.

Otoritas kesehatan di Inggris, secara terpisah, menyatakan belum ada rencana untuk menggabungkan dua vaksin Covid-19 berbeda. Hal itu, kata mereka, dikarenakan suplai vaksin Covid-19 yang masih terjaga. 

"Mengingat suplai vaksin yang aman, tidak ada alasan untuk mengubah rencana pemberian vaksin," ujar Deputi Kepala Petugas Medis Inggris, Jonathan Van-Tam.

Per berita ini ditulis, 80 persen warga dewasa di Inggris telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19. Sementara itu, persentase mereka yang sudah divaksin penuh (dua dosis) ada 60 persen.***

×
Berita Terbaru Update